Assalamu'alaikum wr. wb.
Disini saya memaparkan Makalah saya tentang makna shalat dalam kehidupan sehari-hari
MAKALAH TAFSIR
MAKNA SHALAT
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir
Dosen Pengampu: Neny Muthi'atul Awwaliyah, M. Ag
Disusun oleh:
Nama :
Muhammad Fadillah
NIM :
53050200054
Kelas A
Jurusan Aqidah Dan Filsafat Islam
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Shalat berasal
dari bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an yang memiliki beberapa pengertian, ialah
1) Sembahyang ini lazim dikenal walaupun kata sembah yang sebenarnya tidak
cocok atau kurang tepat. 2) Salawat, ialah salawat dan salam kepada Nabi yang
biasa diucapkan terutama dalam shalat di kala membaca tahiyyat atau tasyahud.
3) Doa, seperti shalat jenazah, shalat di situ berarti doa untuk jenazah, sebab
shalat itu tanpa rukuk dan sujud.
Pengertian shalat secara istilah ialah
perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam. Hasbi ash-Shidiqy mengklasifikasi pengertian shalat
menjadi dua bagian. Pertama pengertian secara lahir, sebagaimana penjelasan
pada umumnya, yaitu ucapan dan perbuatan tertentu diawali dengan takbir
dan diakhiri dengan salam. Kedua pengertian secara hakikat, ialah menghadap
kepada Allah dengan menumbuhkan rasa kebesaran dan keagungan-Nya dengan penuh
kekhusyu’an dan keikhlasan baik dalam perkataan maupun perbuatan pada poin
pertama. Shalat juga termasuk salah satu bentuk kepatuhan dan ketundukan
seseorang kepada agamanya. Maka dari itu, solat merupakan salah satu ibadah
yang wajib dilaksanakan karena shalat termasuk kategori ibadah khusus atau
ibadah mahdah. Di sisi lain, ibadah shalat ini merupakan salah satu perintah
yang mana malaikat Jibril a.s diperintahkan langsung oleh Allah untuk menjemput
Nabi Muhammad saw agar bertemu menghadap Allah.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana makna shalat berdasarkan Qs. Al-Baqarah ayat
45-46
2.
Bagaimana makna shalat berdasarkan Qs. Al-Baqarah ayat
153
3.
Bagaimana makna shalat berdasarkan Qs. Al-Baqarah ayat
238
4.
Bagaimana makna shalat berdasarkan Qs. Thaha ayat 132
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui agaimana makna shalat berdasarkan Qs.
Al-Baqarah ayat 45-46.
2.
Untuk mengetahui bagaimana makna shalat berdasarkan Qs.
Al-Baqarah ayat 153.
3.
Untuk mengetahui bagaimana makna shalat berdasarkan Qs.
Al-Baqarah ayat 238.
4.
Untuk mengetahui bagaimana makna shalat berdasarkan Qs.
Thaha ayat 132.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna
Shalat dalam Surat Al Baqarah ayat 45-46
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا
لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِين
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو رَبِّهِمْ
وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Artinya:
"Jadikanlah
sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu amat
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini
bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali
kepada-Nya."
Melalui
firman-Nya ini, Allah swt. menyuruh para hamba-Nya untuk meraih kebaikan dunia
dan akhirat yang mereka dambakan, dengan cara menjadikan kesabaran dan shalat
sebagai penolong.
Sebagaimana
yang dikatakan Muqatil bin Hayyan dalam tafsirnya mengenai ayat ini, “Hendaklah
kalian mengejar kehidupan akhirat dengan cara menjadikan kesabaran dan
mengerjakan berbagai kebajikan dan shalat sebagai penolong.”
Dlamir [kata
ganti] pada firman-Nya: wa innaHaa lakabiiratun; kembali kepada kata shalat.
Demikian dikatakan oleh Mujahid dari dan menjadi pilihan Ibnu Jarir. Bisa juga
kembali kepada kandungan ayat itu sendiri, yaitu wasiat [pesan] untuk melakukan
hal tersebut seperti firman Allah dalam kisah Qarun: “Berkatalah orang-orang
yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah
lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh
pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar”. (al-Qashash: 80)
Bagaimanapun
firman Allah: lakabiiratun; berarti beban yang sangat berat kecuali bagi
orang-orang yang khusu’.
Mujahid
mengatakan: “yaitu orang-orang mukmin yang sebenarnya.”
Sedangkan adh-Dhahhak mengatakan, innaHaa lakabiiratun; berarti bahwa hal itu
sangat berat kecuali bagi orang-orang yang tunduk dalam ketaatan kepada-Nya,
yang takut akan kekuasaan-Nya, serta yang yakin dengan janji dan ancaman-Nya.
Ibnu Jarir
mengatakan, makna ayat tersebut “Wahai sekalian orang-orang alim dari kalangan
ahlul kitab, mohonlah pertolongan dengan menahan diri kalian dalam ketaatan
kepada Allah dan mendirikan shalat yang dapat mencegah kalian dari kekejian dan
kemungkaran serta dapat mendekatkan kalian kepada keridhaan Allah. Hal itu
sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, yaitu mereka yang patuh
dan tunduk dalam ketaatan kepada-Nya serta merendahkan diri karena takut
kepada-Nya.”
B. Makna Shalat Surat Al Baqarah ayat 153
Menurut Tafsir Ibnu Katsir
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ
ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai
penolong kalian, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Setelah menyampaikan
penjelasan mengenai perintah bersyukur, Allah pun menjelaskan makna sabar dan
bimbingan untuk memohon pertolongan melalui kesabaran dan shalat. Karena
sesungguhnya seorang hamba itu ada kalanya ia mendapatkan nikmat kemudian
mensyukurinya atau ditimpa bencana kemudian bersabar atasnya.
Allah Ta’ala juga menerangkan bahwa
sebaik-baik sarana yang dapat membantu dalam menjalani berbagai musibah adalah
kesabaran dan shalat. Sebagaimana telah diuraikan dalam firman Allah Ta’ala
sebelumnya yang artinya:
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu.” (QS. Al-Baqarah: 45)
Dalam hadits disebutkan: “Bahwa Rasulullah
Saw jika menghadapi suatu masalah, maka beliau mengerjakan shalat.” (HR. Ahmad
dan an-Nasai).
C. Makna Shalat dalam Surat Al Baqarah ayat 238
Menurut Tafsir Ibnu Katsir
حَٰفِظُواْ عَلَى ٱلصَّلَوَٰتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلۡوُسۡطَىٰ وَقُومُواْ
لِلَّهِ قَٰنِتِينَ
Artinya: “Peliharalah
segala salat(mu), dan (peliharalah) salat wusthaa. Berdirilah untuk Allah
(dalam salatmu) dengan khusyu’.”
Imam Ahmad meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ia berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shalat Zhuhur di siang hari yang
panas, dan Beliau tidaklah melakukan shalat yang paling berat bagi para sahabat
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam daripadanya, maka turunlah ayat,
"Haafizhuu 'alash shalawaati wash shalaatil wusthaa" Beliau bersabda,
"Sesungguhnya sebelumnya (yakni sebelum shalat wustha) ada dua shalat dan
setelahnya ada dua shalat."
Memelihara di ayat ini adalah mengerjakannya pada waktunya,
terpenuhi syarat, rukun, khusyu', hal yang wajib maupun sunahnya. Menjaga
shalat dapat membantu menjaga ibadah yang lain serta dapat mencegah diri dari
perbuatan keji dan munkar, terlebih apabila seseorang mengerjakannya dengan
sempurna. Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling
utama. Ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan shalat wusthaa ialah
shalat Ashar.
Ayat ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan
sebaik-baiknya. Ada yang mengartikan "qaanitin" di ayat tersebut
dengan "diam; tidak berbicara" berdasarkan hadits Zaid bin Arqam ia
berkata, "Kami terkadang berbicara ketika shalat, sampai turun ayat yang
memerintahkan kami untuk diam dan melarang kami berbicara." (HR. Bukhari
dan Muslim) Pembicaraan mereka ketika shalat misalnya menjawab salam, menjawab
orang yang bertanya dsb. Thabrani meriwayatkan dalam Al Kabir dari Simak dari
dari Ikrimah dari Ibnu Abbas tentang firman Allah Ta'ala, "Wa Quumuu
lillahi qaanitiin" ia berkata: "Dahulu para sahabat berbicara ketika
shalat, ada pembantu seseorang yang datang ketika ia sedang shalat lalu
membicarakan keperluannya, kemudian mereka pun dilarang berbicara." (Abu
'Abdirrahman berkata, "Hadits tersebut dari jalan Simak dari Ikrimah.
Riwayat Simak dari Ikrimah terdapat kemudhthariban." Akan tetapi hadits
tersebut hanya sebagai syahid saja).
D. Makna Shalat dalam Surat Thaha ayat 132
وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۗ لَا نَسْـَٔلُكَ
رِزْقًاۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى
Arti: “Dan
perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya.
Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan
akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (surat Thaha
Ayat 132)
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir
abad 14 H
Yang fardhu maupun yang sunat. Perintah kepada sesuatu, berarti
perintah pula kepada semua yang menjadikan shalat sempurna. Termasuk juga
perintah mengajarkan mereka (keluarga) tentang shalat, seperti yang wajib dalam
shalat dan yang sunahnya, demikian pula yang membatalkan shalat dan yang makruh
dalam shalat.
Dengan menegakkannya, mengerjakan rukun-rukun, adab-adab dan
khusyu’nya. Hal ini memang berat bagi jiwa, akan tetapi perlu dipaksa dan
dikerahkan kemampuan sehingga terbiasa. Yang demikian karena apabila seseorang
sudah mengerjakan shalat sesuai yang diperintahkan dan menjaganya, maka
terhadap perintah-perintah agama yang lain, maka dia akan mampu menjaganya.
Sebaliknya, jika shalatnya tidak diperhatikan bahkan ditinggalkan, maka
perintah-perintah agama yang lain tentu akan ditinggalkan. Selanjutnya Allah
Subhaanahu wa Ta'aala menjamin tentang masalah rezeki, yakni janganlah hal itu
terlalu dipikirkan sampai kurang memberikan perhatian terhadap
perintah-perintah agama. Yakni Kami tidak membebanimu agar engkau memberikan
rezeki untuk dirimu dan untuk selainmu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Allah menjelaskan makna sabar dan bimbingan untuk memohon pertolongan
melalui kesabaran dan shalat. Karena sesungguhnya seorang hamba itu ada kalanya
ia mendapatkan nikmat kemudian mensyukurinya atau ditimpa bencana kemudian
bersabar atasnya. Lalu kita diperintahkan mengerjakan Shalat pada waktunya, terpenuhi syarat, rukun, khusyu',
hal yang wajib maupun sunahnya. Menjaga shalat dapat membantu menjaga ibadah
yang lain serta dapat mencegah diri dari perbuatan keji dan munkar. Sebagaimana yang dikatakan Muqatil bin Hayyan
dalam tafsirnya diatas, “Hendaklah kalian mengejar kehidupan akhirat dengan
cara menjadikan kesabaran dan mengerjakan berbagai kebajikan dan shalat sebagai
penolong.”. Selanjutnya Allah Subhaanahu wa
Ta'aala menjamin tentang masalah rezeki, yakni janganlah hal itu terlalu
dipikirkan sampai kurang memberikan perhatian terhadap perintah-perintah agama.
Yakni Kami tidak membebanimu agar engkau memberikan rezeki untuk dirimu dan
untuk selainmu.
DAFTAR PUSTAKA
https://tafsirweb.com/5374-quran-surat-thaha-ayat-132.html
https://tafsirweb.com/934-quran-surat-al-baqarah-ayat-238.html
https://alquranmulia.wordpress.com/2015/02/17/tafsir-ibnu-katsir-surat-al-baqarah-ayat-45-46/
Terima kasih, Wassalamu'alaikum wr. wb.